Ancaman Pinjaman Online Luar Negeri

Ancaman Pinjaman Online Tak Hanya Berasal dari Indonesia, dari Luar Negeri pun Ada

Permasalahan pinjaman online ilegal memang tidak bisa dianggap remeh dan dibiarkan begitu saja. Sebab, kerugian yang diakibatkan oleh pinjaman online tidak main-main. Dan ternyata, ancaman pinjaman online ilegal yang beredar di Indonesia saat ini tidak hanya berasal dari Indonesia saja, tapi dari luar negeri pun banyak. Mari simak informasi lebih lanjutnya di bawah ini.

Setiap hal yang namanya ilegal, pastilah buruk dan disarankan untuk dihindari, begitu pula dengan pinjaman online ilegal. Permasalahan tentang pinjaman online ilegal ini pun bukanlah suatu permasalahan baru lagi, bahkan sudah banyak diberantas oleh banyak pihak. Sayangnya, mereka kerap kali muncul lagi dan lagi walau sudah diberantas. Dan ternyata, pinjaman online ilegal yang beredar di Indonesia tidak hanya berasal dari Indonesia saja, tetapi juga banyak yang berasal dari luar negeri, seperti China bahkan hingga India.

Berdasarkan dari data yang dilaporkan oleh Satgas Waspada Investasi (SWI), server para pelaku pinjaman online ilegal yang banyak beredar di Indonesia yang berasal dari Indonesia sendiri hanya sekitar 22% saja. Sementara sebesar 40% nya berasal dari server yang tidak diketahui asalnya karena dilakukan melalui media sosial yang sulit dilacak dan sisanya ditemukan berasal dari luar Indonesia.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua SWI, Tongam L Tobing dalam program Profit CNBC Indonesia, pada hari Jumat (25/6/2021) lalu, “Dari data yang kami kumpulkan dari server Indonesia 22%. 40% tidak ketahui dimana karena melakukannya di media sosial. Sisanya di luar negeri di Singapura, India, China.”

Beliau juga menyampaikan beberapa hal berbahaya yang bisa disebabkan oleh pinjaman online ilegal yang dirasa sangat tidak manusiawi. Hal-hal berbahaya tersebut termasuk seperti pemberian bunga yang sangat tinggi, sehingga membuat tagihan pinjaman yang harus kalian bayarkan bisa berlipat-lipat dari jumlah pinjaman awal yang kalian ajukan. Tidak hanya itu, bahkan tidak jarang mereka melakukan tindakan teror dan kekerasan kepada para peminjam bila terlambat membayarkan tagihan pinjamannya.

Tidak hanya itu, bahkan tak jarang mereka akan meminta akses kontak yang ada di handphone kalian untuk bisa mereka akses secara leluasa dan disalahgunakan untuk keperluan pribadi mereka. Dan hal ini tentu akan sangat mengganggu, bukan hanya bagi si peminjam, tetapi juga bagi orang-orang disekitar peminjam. Karena mereka bisa saja juga mendapatkan teror dari si penagih utang ketika kalian tidak dapat dihubungi.

“Yang paling berbahaya, meminta bisa diakses segala kontak yang ada di HP jadi masalah pada saat penagihan, biasa itu melakukan teror kontak di HP,” ucap beliau.

Perlu diingat, bila kalian mendapatkan tawaran pinjaman melalui pesan SMS dan chat WhatsApp, maka sudah bisa dipastikan tawaran tersebut berasal dari pinjaman online ilegal yang baiknya kalian hindari. Sebab, pinjaman online legal dilarang keras untuk melakukan hal tersebut.

Yang tak kalah penting, ajukanlah pinjaman sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang kalian miliki. Dan bila sudah terlanjur terjebak dan mendapatkan teror intimidasi dari pinjaman online, segeralah untuk laporkan kepada pihak kepolisian.

“Masyarakat menerima teror intimidasi harus melapor ke polisi,” jelas beliau.

Itulah artikel Ancaman Pinjaman Online Tak Hanya Berasal dari Indonesia, dari Luar Negeri pun Ada yang sudah dirangkum oleh tim BDN. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan mengedukasi kalian tentang informasi pinjaman online ilegal yang beredar di Indonesia. Jangan sungkan untuk membagikan artikel ini lewat sosial media atau manapun agar dapat lebih bermanfaat lagi tentunya.

OJK Diapresiasi Oleh Startup Fintech

OJK Layak Dapat Pujian Karena Telah Diapresiasi Tinggi Oleh Startup Fintech

PT Indonesia Fintopia Technology atau biasa disebut Fintopia merupakan perusahaan layanan finansial berbasis teknologi (Fintech). Melalui produk Fintech yang bernama Easycash apresiasi tinggi diberikan kepada lembaga independen yang mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan di sektor jasa keuangan yang bernama Otoritas Jasa Keuangan dengan singkatan OJK. Mari simak mengapa dan kenapa OJK mendapat sebuah apresiasi tinggi dari Startup Fintech.

Chief Executive Office (CEO) Fintopia yang bernama Liu Yongyan mengatakan keterangannya, bahwa “kami memberikan apresiasi tinggi kepada OJK dalam mengawasi perusahaan layanan pinjam meminjam berbasis teknologi informasi, dan kedepannya kami akan tetap mematuhi berbagai aturan yang ada dengan ketat dan bekerja sama dengan sejumlah pihak berwenang dalam membangun platform keuangan yang berkelanjutan dan inklusif di Indonesia” lalu Liu Yongyan sambung dengan mengucapkan terimakasih kepada pihak OJK ujar keterangannya pada Rabu (02/12/2020).

Saat merayakan ulang tahun Fintopia yang ke-3 pada bulan November 2020 di negara Indonesia, Liu Yongyan menyatakan akan memberikan bantuan sebagai komitmen mereka kepada masyarakat Indonesia, dan sebagai bentuk rasa terimakasih pihak Fintopia mendonasikan uang sebesar Rp 30 juta ke rumah Singgah Ampera, dengan niat untuk disalurkan kepada 40 anak yang membutuhkan dan kurang mampu yang berada disana. Bukan hanya bantuan untuk anak kurang mampu, Fintopia juga turut menyumbang masker sebanyak 10.000 ke Puskemas Mampang Prapatan di kota Jakarta, dimana pihak Fintopia menyumbang 10.000 masker sebagai bantuan partisipasi mereka untuk mencegah terjadinya penularan virus covid-19 di Indonesia.

Selain CEO ada Presiden PT Indonesia Fintopia Technology yang bernama Fitri yang juga ikut memberikan sebuah apresiasi tinggi kepada pihak Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia atau biasa disebut AFPI. Fitri berucap bahwa “dukungan AFPI dalam memberikan masukan ke perusahaan selama tiga tahun berdiri, sungguh sangat membantu kami bersama produk Easycash tumbuh ke arah yang positif” ujarnya. Selain itu pada tahun 2020, Deputi Direktur Asian Development Bank (ADB) untuk Indonesia Said Zaidansyah sudah memberikan apresiasi kepada lembaga OJK karena OJK telah meluncurkan sebuah Aplikasi Online Titik Akses Penyedia Jasa Keuangan (Lokasiku), ia menuturkan bahwa aplikasi tersebut sangat berguna dan bermanfaat.

Sekian artikel dengan judul OJK Layak Dapat Pujian Karena Telah Diapresiasi Tinggi Oleh Startup Fintech, dari tim penulis artikel BDN. Semoga menjadi manfaat dan bisa menjadi sebuah sarana penambah wawasan berpikir kalian mengenai OJK yang telah diapresiasi tinggi oleh pihak Startup Fintech pada umurnya yang sudah 3 tahun di negara Indonesia. Kiranya anda bisa membagikan artikel ini melalui media apapun, agar manfaat pengetahuan dan informasi artikel ini bisa tersebar luas.

Mengatur Kemampuan ketika ajukan pinjol

Simak Cara Mengatur Kemampuan Keuangan ketika Mengajukan Pinjaman Online!

Kehadiran dan kemunculan pinjaman online ditengah-tengah masyarakat memang memberikan banyak dampak positif, salah satunya kemudahan dalam melakukan pengajuan pinjaman. Terutama ketika kalian sedang dalam situasi dan kondisi terdesak. Namun, tak jarang pula pinjaman online ini bisa menjadi masalah baru bila tidak dimanfaatkan dengan tepat. Untuk informasi lebih lengkapnya, simak pembahasannya di bawah ini.

Kemudahan yang ditawarkan oleh layanan pinjaman online seringkali dianggap sepele oleh orang-orang. Hanya karena proses pengajuan dan pencairan dananya cepat tanpa harus memerlukan agunan sebagai jaminan, orang-orang menjadi kurang awas dan hati-hati. Sehingga tak jarang, niatnya meminjam uang untuk menyelesaikan masalah, bukannya kelar malah menambah rentetan masalah lainnya.

Hal seperti ini bukan hanya terjadi sekali dua kali saja, tetapi sudah sering. Bahkan ada yang sampai terlilit utang yang sangat banyak dan menumpuk akibat meminjam di 40 pinjaman online yang berbeda dalam kurun waktu seminggu. Jika sudah begini, baru bingung dan panik hingga akhirnya malah menyalahkan pihak pinjaman onlinenya.

Kasus yang dimaksudkan di atas dibeberkan oleh Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara, dimana adanya orang yang melaporkan bahwa dia merasa dirugikan akibat pinjaman online yang diajukan.

Padahal, nyatanya setelah dilakukan pemeriksaan dan pengecekan oleh pihak OJK, orang tersebut telah meminjam uang di 40 pinjaman online yang berbeda, sehingga membuat utangnya menumpuk di sana-sini. “Bahkan kami menemukan beberapa kasus seseorang konsumen meminjam lebih dari 40 fintech dalam satu minggu,” kata beliau dikutip Rabu (28/4/2021).

“Jadi kami menyimpulkan bahwa ada perilaku sekelompok masyarakat yang kurang bijak dalam meminjam di pinjol. Mereka meminjam di luar batas kemampuan mereka,” lanjutnya lagi.

Walaupun proses pengajuan dan pencairan dana di pinjaman online terbilang cukup mudah untuk membantu kalian ketika sedang membutuhkan dana darurat dalam situasi dan kondisi terdesak, tetap saja kalian haruslah bijak dan berhati-hati. Karena, bila kalian melakukan pengajuan pinjaman online secara sembarangan tanpa mempertimbangkan berbagai aspek, seperti kebutuhan dan kemampuan kalian dalam melakukan pembayarannya, maka kalian sendiri yang akan pusing. Pusing karena utang kalian akan semakin menumpuk dimana-mana.

Jangan sudah diberikan kemudahan dan bantuan untuk bisa meminjam uang tanpa memerlukan agunan sebagai jaminan, lantas kalian abai dengan konsekuensi dan tanggung jawab kalian terhadap pinjaman tersebut. Apalagi bila kalian sudah terjebak dengan pinjaman online ilegal, masalahnya akan menjadi jauh lebih rumit lagi.

“Jadi pesan saya: konsumen harus bijak dalam menghadapi tawaran pinjaman uang, dan jangan berhubungan dengan fintech ilegal. Sepertinya mudah, tanpa syarat macem-macem, tapi bisa menjerat kita,”ujar beliau.

Beliau juga menyampaikan, bila kalian ingin melakukan pengecekkan tentang kelegalitasan suatu lembaga keuangan pinjaman online, maka kalian bisa melakukannya dengan menghubungi pihak OJK di nomor kontak 157 atau bisa juga melalui chat WhatsApp di nomor 0811 5715 7157.

Beliau memberitahukan, pengecekkan melalui WhatsApp bisa dilakukan cukup dengan mengetik nama fintech yang ingin kalian cek legalitasnya. Di samping itu, kalian juga bisa mengecek nama investasi ilegal yang sudah banyak beredar saat ini, seperti Vtube atau Fingo.

Itulah artikel Simak Cara Mengatur Kemampuan Keuangan ketika Mengajukan Pinjaman Online yang sudah dirangkum oleh tim BDN. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan mengedukasi kalian tentang pentingnya mengatur kemampuan keuangan sebelum mengambil pinjaman online. Jangan sungkan untuk membagikan artikel ini lewat sosial media atau manapun agar dapat lebih bermanfaat lagi tentunya.

Jam Offline Bank BCA

Informasi Lengkap Tentang Jam Offline Bank BCA dan Juga Internet Banking BCA

Sudah sewajarnya bila setiap perusahaan dan tempat bekerja memiliki jam kerjanya masing-masing. Karena tidak mungkin kalian akan bekerja selama 24 jam penuh seharian. Begitu pula dengan Bank. Namun, selain memiliki jam operasional yang memungkinkan kalian untuk bisa melakukan berbagai aktivitas transaksi, Bank juga memiliki jam offline dimana dilakukannya proses maintenance alias pemeliharaan sistem.

Nah, pada kesempatan ini kami bermaksud untuk memberikan kalian sedikit penjelasan tentang Informasi Lengkap Tentang Jam Offline Bank BCA Pada Hari Senin Sampai Jumat dan Sabtu yang didalamnya terdapat beberapa informasi terkait tentang jam offline Bank BCA dan internet Banking BCA. Tanpa berpanjang lebar, mari silahkan simak informasi lebih lengkapnya di bawah ini.

Jam Offline Bank BCA

Bagi kalian yang sudah sering melakukan berbagai aktivitas perbankan atau keuangan di Bank, pasti sudah tahu betul dan tidak asing bahwasannya setiap Bank memiliki jam operasionalnya tersendiri dalam melayani para nasabahnya. Pelayanan yang diberikan pun berbagai macam dan jenis, tergantung dari kepentingan para nasabah Bank tersebut.

Sementara, di luar dari jam operasional yang telah ditetapkan, maka pihak Bank sudah tidak akan menerima dan memberikan pelayanan lagi kepada para nasabahnya karena sudah masuk jam offline. Sebab, para karyawan dan pegawai yang bekerja di Bank tersebut tidak mungkin akan bekerja selama 24 jam penuh seharian, sehingga diberlakukannya jam offline untuk mereka beristirahat.

Untuk Bank BCA sendiri, jam offline yang sudah ditentukan dan diatur tersebut berlaku pada hari Senin sampai Jumat mulai dari pukul 15:00 atau pukul 3 sore waktu setempat. Dan untuk hari Sabtu dan Minggu jam offline nya jauh lebih panjang, karena kebanyakan Bank akan tutup atau offline sepanjang hari. Meski dibeberapa daerah mungkin ada yang masih tetap beroperasi seperti normal dan baru memberlakukan jam offlinenya mulai dari pukul 15:00 atau pukul 3 sore waktu setempat.

Perlu diingat, bahwa jam offline Bank BCA yang dimaksudkan di atas adalah jam offline kantor cabang BCA, sementara bila kalian ingin melakukan transaksi di ATM, maka tidak ada jam offlinenya karena bisa diakses selama 24 jam penuh kecuali adanya proses maintenance atau pemeliharaan sistem.

Jam Offline Internet Banking BCA

Selain sudah memiliki jam operasional dan jam offline nya tersendiri untuk kantor cabang BCA, bagi kalian yang lebih suka melakukan aktivitas transaksi melalui layanan internet Banking, ternyata BCA juga memiliki jam offline nya tersendiri. Meski dikatakan bahwa untuk layanan seperti mobile Banking dan internet Banking BCA bisa diakses selama 24 jam penuh seharian, namun ternyata tetap saja ada jam offlinenya.

Biasanya, jam offline yang diberlakukan untuk layanan internet Banking BCA terjadi dan dilakukan ketika adanya proses maintenance alias pemeliharaan sistem. Dan ketika proses maintenance alias pemeliharaan sistem ini sedang dilakukan, maka kalian tidak akan bisa melakukan aktivitas transaksi apapun karena sistemnya menjadi offline.

Untuk layanan internet Banking BCA sendiri, jam offline yang sudah ditentukan dan diatur tersebut berlaku pada hari Senin sampai Jumat mulai dari pukul 21:00 atau pukul 9 malam sampai pukul 1 pagi dini hari Waktu Indonesia Barat (WIB). Sementara, untuk hari Sabtu jam offline nya dilakukan sebanyak dua kali, yaitu yang pertama dimulai dari pukul 18:00 atau pukul 6 sore sampai pukul 8 malam dan yang kedua dimulai dari pukul 21:00 atau pukul 9 malam sampai pukul 1 pagi dinihari. Serta hari Minggu, jam offlinenya akan dimulai dari pukul 00:00 alias tepat pukul 12 pagi dini hari sampai pukul 5 pagi.

Itulah artikel Informasi Lengkap Tentang Jam Offline Bank BCA Pada Hari Senin Sampai Jumat dan Sabtu yang sudah dirangkum oleh tim BDN. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan mengedukasi kalian tentang jam offline Bank BCA dan internet Banking BCA. Jangan sungkan untuk membagikan artikel ini lewat sosial media atau manapun agar dapat lebih bermanfaat lagi tentunya.

OJK Tingkatkan Pengawasan Fintech

Pembuatan Pusat Data Canggih oleh OJK untuk Tingkatkan Pengawasan terhadap Fintech

Berkali-kali sudah dikatakan, sebelum melakukan pengajuan pinjaman online, pastikan lembaga keuangannya sudah terdaftar dan berada di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan guna menghindari terjerat pinjaman online ilegal. Dan untuk meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan fintech, OJK pun mulai membuat Pusat Data Canggih Fintech Lending (Pusdafil). Mari simak lebih lanjut informasinya.

Maksud dan tujuan dari dibuatnya Pusat Data Canggih Fintech Lending (Pusdafil) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah untuk meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan fintech yang sudah ada saat ini dengan memanfaatkan sistem teknologi informasi. Dan lebih kurang, saat ini tercatat sekitar 80 perusahaan fintech peer to peer lending sudah tergabung di dalamnya dan diharapkan untuk terus bertambah untuk seluruh perusahaan fintech yang terdaftar di OJK.

Hal ini sudah disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank OJK Riswinandi, dalam Fintech Week yang diselenggarakan CNBC Indonesia, Senin (21/06/2021), “Nantinya transaksi seluruh Fintech P2P dapat dimonitor dan diawasi secara langsung oleh kami baik itu pengawasan terhadap limit pinjaman, monitor TKB90 (Tingkat Keberhasilan 90 hari), kepatuhan wilayah penyaluran pinjaman dan yang lainnya. Diharapkan dengan hadirnya sistem pengawasan ini nantinya dapat semakin memperkuat pengawasan fintech.”

Di samping itu, POJK 77/2016 tentang Fintech P2P Lending juga sedang dalam pembahasan pembaruan agar bisa disesuaikan dan diperbaiki dengan mengikuti perkembangan dari Fintech P2P di Indonesia selama beberapa tahun ini. Dan beberapa aspek yang akan menjadi pusat pembaruan antara lain meliputi permodalan, governance, manajemen resiko, perizinan serta kelembagaan.

Beliau menyampaikan, “OJK mau mendorong P2P agar dapat lebih resilience dan memiliki kualitas yang baik untuk bersaing secara sehat. Disamping itu upaya literasi tetap harus ditingkatkan agar masyarakat pengguna P2P dapat lebih mengetahui Platform P2P yang terdaftar dan berizin dari OJK.”

Untuk itu, saat ini bersamaan dengan pembuatan Pusat Data Canggih Fintech Lending (Pusdafil) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pendaftaran terhadap perusahaan fintech sedang ditunda untuk sementara waktu. Penundaan ini dimaksudkan agar perusahaan fintech yang sudah ada bisa berkembang dan bertahan dengan lebih baik lagi dari sebelumnya dan tidak bergantung hanya pada teknologi saja. Sebab, ternyata masih banyak pihak P2P yang masih bingung dalam menghitung besaran laba yang sesuai serta resikonya pun masih relatif tinggi. Sehingga, perlu dilakukan perbaikan oleh OJK.

“Teknologi saja tidak cukup kuat, perlu dukungan yang baik dari sisi SDM maupun pengalaman dari manajemen dan komiten permodalan. Sampai saat ini Indonesia masih dikategorikan sebagai lucrative market dengan segala advantage baik itu populasi produktif kita,” ucap beliau.

Sampai dengan April 2021, pihak OJK sendiri telah mencatat bahwa total outstanding penyaluran pembiayaan sudah mencapai sebesar Rp 12,19 triliun. Angka ini sudah mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 245,79% YoY dengan akumulasi dari penyaluran yang sudah mencapai sebesar 194.09 triliun. Kualitas dari Tingkat Keberhasilan 90 hari (TKB90) pun sudah mulai stabil dengan berada di angka 98.63%, walau tingkat Non Performance masih relatif rendah.

Itulah artikel Pembuatan Pusat Data Canggih oleh OJK untuk Meningkatkan Pengawasan terhadap Perusahaan Fintech yang sudah dirangkum oleh tim BDN. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan mengedukasi kalian tentang dibangunnya pusat data canggih oleh OJK. Jangan sungkan untuk membagikan artikel ini lewat sosial media atau manapun agar dapat lebih bermanfaat lagi tentunya.

Kontribusi dan Masa Depan Fintech

Yuk Simak Bagaimana Kontribusi dan Masa Depan Fintech pada Masa New Normal Saat Ini!

Di masa pandemi seperti saat ini, kehadiran akan fintech tentunya sangat berperan besar dalam membantu dan mempermudah kalian dalam melakukan berbagai aktivitas transaksi di kehidupan sehari-hari. Apalagi dengan terbatasnya ruang gerak kalian, sehingga hampir seluruh aktivitas transaksi diusahakan dilakukan secara online dan digital. Mari kita simak informasi lebih lengkapnya di bawah ini.

Bersamaan dengan masuknya era New Normal di Indonesia, CNBC Indonesia sebagai media ekonomi terbesar dan terintegrasi telah mengadakan Fintech Week yang menghadirkan berbagai pembicara-pembicara profesional di bidangnya masing-masing. Mengusung tema “The Future of Fintech: New Normal Era” acara ini telah dilaksanakan selama seminggu penuh yang dimulai dari hari Senin 21 Juni sampai hari Jumat 25 Juni 2021 kemarin.

Dengan berbagai pembicara-pembicara profesional di bidangnya masing-masing, acara tersebut telah mengundang narasumber andal di industri fintech secara bergantian dalam 5 hari berturut-turut. Di mulai pada hari Senin 21 Juni 2021, pembicaranya adalah CEO DANA Indonesia, yaitu Vincent Henry Iswaratioso.

Acara tersebut dimulai dari pukul 11.00 WIB hingga selesai. Dan hal yang dibahas dan didiskusikan oleh CEO DANA Indonesia tersebut seputaran tentang perubahan dunia digital di saat pandemi sekarang ini hingga sikap seperti apa yang harus dimiliki dalam melihat persaingan bisnis yang ada dengan para pesaingnya.

Selanjutnya, berlanjut di hari Selasa 22 Juni 2021 yang juga dimulai dari pukul 11.00 WIB, kali ini narasumber pembicaranya adalah CEO Ajaib, yaitu Anderson Sumarli. Dan dilanjutkan lagi pada hari Rabu 23 Juni 2021 dengan narasumber pembicara dari Founder & CEO PT Dana Syariah Indonesia, Taufiq Aljufri, SE.

Kemudian, di hari keempatnya pada Kamis 24 Juni 2021 dihadirkan narasumber pembicaranya merupakan dari CEO OY! yaitu Jesayas Ferdinandus. Dan pada hari terakhir pada Jumat 25 Juni 2021, narasumber pembicaranya adalah CEO Batumbu Jenny Wiriyanto.

Dengan situasi dan kondisi keadaan di tengah-tengah pandemi saat ini, sedikit banyak telah mengubah industri keuangan di negara Indonesia tercinta kita ini. Dan perubahan yang paling besar dan menonjol yang bisa dilihat adalah dari berubahnya cara masyarakat dalam melakukan berbagai aktivitas transaksi. Yang awalnya dilakukan secara offline dan langsung dengan menggunakan uang tunai atau kas, sekarang berubah dilakukan secara online dengan menggunakan transaksi non tunai melalui digital atau elektronik, seperti e-wallet.

Tentunya, hal ini pun turut menjadikan aktivitas transaksi bisa dilakukan dengan lebih mudah, cepat dan praktis kapanpun dan dimanapun Anda berada.

Itulah artikel Yuk Simak Bagaimana Kontribusi dan Masa Depan Fintech pada Masa New Normal Saat Ini yang sudah dirangkum oleh tim BDN. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan mengedukasi kalian tentang kontribusi dan masa depan fintech di era new normal saat ini. Jangan sungkan untuk membagikan artikel ini lewat sosial media atau manapun agar dapat lebih bermanfaat lagi tentunya.

perkembangan fintech masa depan

Apa yang akan Terjadi pada Perusahaan Fintech di Masa Depan?

Pasti banyak diantara kalian yang terkadang terbesit dipikiran tentang nasib dari perusahaan fintech yang saat ini sedang banyak-banyaknya bermunculan di masyarakat. Penasaran dan ingin tahu seperti apakah gambaran yang akan terjadi pada perusahaan fintech di masa depan? Mari kita simak bersama-sama beberapa gambaran dan perkiraannya di bawah ini.

Diperkirakan, kemungkinan besar nasib yang akan terjadi pada perusahaan fintech di masa depan menjadi lebih tenang dibandingkan dengan sekarang. Maksudnya, pergerakannya tidak akan sebesar dan sekencang seperti yang terjadi saat ini, sebab perusahaan-perusahaan fintech tersebut akan merubah target mereka menjadi ke berbagai macam model bisnis, misalnya seperti pembayaran digital dan tidak terpaku hanya pada masalah keuangan semata.

Hal ini didukung pula bersamaan dengan disampaikannya pendapat Sekretaris Jenderal Aftech, Budi Gandasoebrata dalam program Profit CNBC Indonesia, Kamis (24/6/2021), “Apakah didominasi peer-to-peer lending atau jasa sistem pembayaran saya rasa tidak ada. Karena ini akan ada kolaborasi dari berbagai model bisnis. Suatu perusahaan akan memberikan layanan sistem pembayaran digital.”

Beliau juga berpendapat, bahwa dengan dilakukannya aktivitas transaksi secara online dan digital membuat catatan dan riwayat dari transaksi yang terjadi semakin transparan. Sehingga, memudahkan lembaga keuangan dan perbankan dalam melakukan kredit scoring atau proses on boarding kepada calon nasabah mereka.

Selain itu, tujuan yang dimiliki oleh setiap model bisnis rata-rata sama, yaitu untuk menuju masa depan Indonesia yang lebih baik dan maju serta kuat dari segi literasi keuangan, penerimaan dan penggunaan teknologi dan solusi masalah keuangan. Dan model bisnis tersebut akan menjalankan peran mereka masing-masing sesuai porsinya.

Beliau juga menambahkan, “Dan juga kita lebih paham terhadap produk-produk keuangan yang dibutuhkan dan membantu pertumbuhan masyarakat dan UMKM ke depannya.”

Meski begitu, menurut beliau untuk layanan di sektor jasa keuangan yang masih tetap memegang peran terpenting dan utama kemungkinan besar masihlah perbankan, bersamaan dengan adanya kolaborasi yang terjadi untuk mendorong digitalisasi dalam dunia perbankan. Sehingga, bisa menciptakan berbagai masukan dan solusi terbaik yang bisa digunakan untuk masalah perbankan. Sekaligus juga untuk memperluas jangkauan akses masyarakat terhadap produk jasa keuangan yang ada.

“Kuncinya adalah bagaimana kita dapat berkolaborasi untuk membantu mendorong digitalisasi perbankan untuk mampu memberikan solusi, mengefisiensikan proses. Untuk memberikan, memperluas jangkauan akses terhadap produk jasa keuangan kepada masyarakat di Indonesia,” jelas beliau.

Tak lupa pula beliau mengikutisertakan kekhawatirannya tentang banyaknya fintech ilegal yang bermunculan di luar sana. Menurutnya, ini merupakan tanggung jawab bersama bukan hanya pihak asosiasi saja. Dengan salah satu pilar utama Aftech, yaitu edukasi dan literasi diharapkan untuk bisa memberikan bimbingan dan informasi lebih jauh agar masyarakat menjadi lebih awas dan berhati-hati.

“Bagaimana bisa memberikan edukasi pada masyarakat melalui kegiatan seminar, webinar, pembuatan buku saku. Memberikan solusi-solusi dalam bentuk webinar dan seminar memberikan awareness kepada mereka terhadap solusi fintech di luar sana. Termasuk hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dan apa saja yang perlu mereka awas dan waspada,” jelas beliau.

Itulah artikel Apa yang akan Terjadi pada Perusahaan Fintech di Masa Depan? yang sudah dirangkum oleh tim BDN. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan mengedukasi kalian tentang gambaran dari pergerakan perusahaan fintech di masa depan. Jangan sungkan untuk membagikan artikel ini lewat sosial media atau manapun agar dapat lebih bermanfaat lagi tentunya.

kredit usaha rakyat

Kolaborasi antara Perusahaan Fintech dengan Penyedia Fasilitas Kredit Usaha Rakyat, Kenapa Tidak?

Bank Pembangunan Rakyat (BPR), Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah salah satu cara dan solusi yang diciptakan pemerintah untuk membantu rakyatnya dalam menunjang kesejahteraan mereka. Lantas, bagaimana bila hal tersebut dikolaborasikan dengan perusahaan fintech? Apakah merupakan ide yang bagus? Mari kita lihat pembahasannya berikut ini.

Kolaborasi antara perusahaan fintech dengan penyedia fasilitas perkreditan usaha rakyat seperti BPR dan BPD saat ini sedang hangat dan banyak diperbincangkan oleh beberapa pihak. Sebagaimana diketahui, bahwasannya kehadiran BPR dan BPD sendiri didirikan dengan tujuan untuk memberikan rakyat kemudahan dalam mendapatkan fasilitas kredit bagi mereka yang berkeinginan untuk menjalankan sebuah usaha.

Terlebih bagi mereka yang tinggal di daerah yang terkadang masih memiliki keterbatasan dalam mencari dan mendapatkan layanan fasilitas perkreditan. Hal ini juga sekaligus dimaksudkan untuk menunjang kesejahteraan dan pembangunan daerah tersebut.

Sekretaris Jenderal Aftech sendiri, Budi Gandasoebrata telah menyebutkan bahwa kolaborasi tersebut mungkin saja bisa terlaksanakan, “Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa BPD dan BPR itu merupakan tonggak yang memungkinkan masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Khususnya di luar kota besar untuk mendapatkan fasilitas kredit dalam rangka mengembangkan usaha mereka,” jelas Budi dalam program Profit CNBC Indonesia, Kamis (24/6/2021).

Meski mungkin, BPR dan BPD masih akan belum mampu untuk bisa menggunakan teknologi digital yang tersedia secara maksimal sebagaimana yang dijalankan oleh perusahaan fintech pada umumnya. Namun, diakui oleh Budi bahwa kedua lembaga tersebut memiliki peran yang cukup bagus bagi masyarakat. Mungkin, hanya perlu dilakukan penyederhanaan prosedur dan prosesnya saja agar bisa menjangkau lebih banyak nasabah lagi kedepannya.

Bila kolaborasi tersebut benar bisa dilaksanakan dan terwujud secara nyata, maka hal tersebut akan memberikan banyak keuntungan bagi banyak pihak, terutama rakyat. Perusahaan fintech bisa menjadi media sarana penyambung bagi BPR dan BPD, terutama dalam hal teknologi yang pastikannya akan memudahkan segala prosedur dan prosesnya.

Budi juga turut menambahkan, “Sehingga memberikan solusi yang lebih tech savvy, ramah, lebih efisien dan memanfaatkan teknologi digital yang sudah ada di luar sana.”

Selain itu, potensi dari perusahaan fintech yang dilihat oleh Budi pun masih terlihat sangat besar dan memungkinkan untuk melakukan berbagai kolaborasi dengan berbagai institusi besar lainnya. Bisa dilihat dari sejumlah laporan dimana perkembangan ekonomi digital semakin mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yang awalnya bernilai US$ 44 miliar tahun 2020 dan menjadi US$ 124 miliar lima tahun ke depan. Dan mungkin saja berpotensi untuk meninggalkan negara lain di Asia Tenggara.

Cukup besarnya potensi yang dimiliki tersebut, menurut Budi hal tersebut bukanlah sebuah kerugian, malah justru akan condong bisa dijadikan sebuah tantangan dan kesempatan emas untuk dicoba.

“Melihat itu sebagai suatu tantangan dan kesempatan untuk perusahaan bank dan non-bank untuk bisa saling berkolaborasi memberikan manfaat lebih luas bagi masyarakat,” jelas Budi.

Apalagi jumlah perusahaan fintech yang ada saat ini semakin bertambah hingga lebih dari 300 perusahaan dengan berbagai layanan yang ditawarkan.

“Kita lihat pengguna juga semakin meningkat karena adanya dukungan dari sisi infrastruktur, layanan Internet pun semakin bagus, adopsi teknologi juga semakin tinggi,” ucap Budi.

Itulah artikel Kolaborasi antara Perusahaan Fintech dengan Penyedia Fasilitas Perkreditan Usaha Rakyat. Kenapa tidak? yang sudah dirangkum oleh tim BDN. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan mengedukasi kalian tentang kemungkinan kolaborasi perusahaan fintech dengan BPR dan BPD di masa depan. Jangan sungkan untuk membagikan artikel ini lewat sosial media atau manapun agar dapat lebih bermanfaat lagi tentunya.

Cara Top Up Dana

Tutorial Lengkap Cara Top Up Dana di Alfamart Terbaru dan Paling Cepat

Merasa ribet membawa banyak uang tunai di dompet ketika harus bepergian? Atau, takut uang kalian tercecer dan berserakan karena disimpan secara asal? Jangan khawatir, karena sekarang sudah banyak aplikasi online yang dompet digital yang mempermudah kalian dalam menyimpan uang dalam bentuk digital. Proses pengisian saldonya pun terbilang cukup mudah dan praktis.

Nah, pada kesempatan ini kami bermaksud untuk memberikan kalian sedikit penjelasan tentang Tutorial Lengkap Cara Top Up Dana di Alfamart Terbaru dan Paling Cepat yang didalamnya terdapat beberapa informasi terkait tentang cara top up saldo Dana di Alfamart. Tanpa berpanjang lebar, mari silahkan simak informasi lebih lengkapnya di bawah ini.

Cara Top Up Dana di Alfamart Terbaru

Dana adalah salah satu aplikasi online dompet digital yang sudah banyak dikenal dan digunakan oleh masyarakat Indonesia sejak pertama kali diluncurkan. Kehadiran aplikasi online dompet digital Dana ini tentu disambut baik dan positif oleh para penggunanya karena banyak membantu dan memudahkan kalian dalam menyimpan uang dalam bentuk digital. Dengan menyimpan uang dalam bentuk digital membuat kalian tidak perlu repot dan ribet lagi bila ingin membawa uang dalam jumlah banyak.

Cara top up Dana pun bisa dilakukan melalui berbagai metode, salah satunya yang paling mudah adalah di Alfamart. Untuk lebih jelas dan rincinya, berikut adalah tutorial lengkapnya.

  1. Pertama, kalian harus mendatangi outlet Alfamart terdekat dengan membawa smartphone dan sejumlah uang tunai sesuai dengan besaran nominal saldo yang ingin kalian top up ke akun Dana;
  2. Lalu, antrilah ke bagian kasir Alfamart dan sampaikan kepada pihak kasir bahwasannya kalian ingin melakukan top up Dana;
  3. Selanjutnya, pihak kasir Alfamart akan meminta nomor akun Dana yang ingin kalian isi saldonya. Pastikan nomor akun Dana yang kalian berikan sudah benar dan tepat guna menghindari kesalahan dalam pengisian saldo ke akun Dana milik orang lain;
  4. Kemudian, beritahu pihak kasir Alfamart besaran nominal saldo Dana yang kalian inginkan beserta dengan uang tunainya dan tambahan biaya admin yang telah ditentukan sebesar Rp. 2.500;
  5. Tunggulah beberapa saat, sementara pihak kasir Alfamart melakukan proses top up saldo Dana kalian;
  6. Jika proses top up telah selesai dan berhasil, maka pihak kasir Alfamart akan memberikan kalian struk sebagai bukti atas top up saldo Dana yang dilakukan;
  7. Langsung lakukan pengecekkan terhadap top saldo Dana tersebut, apakah benar sudah berhasil dan saldo Dana kalian sudah bertambah sesuai dengan besaran nominal yang kalian inginkan.

Khusus untuk top up saldo Dana di Alfamart, minimal besaran nominalnya adalah sebesar Rp. 50.000 dan maksimal sebesar Rp. 500.000. Hal ini sudah menjadi kebijakan dan ketentuan yang sudah diatur oleh kedua pihak Dana dan Alfamart. Oleh karena itu, untuk top up saldo Dana di bawah Rp. 50.000 belum bisa dilakukan di Alfamart. Serta terdapat pula tambahan biaya admin sebesar Rp. 2.500 untuk setiap top up yang kalian lakukan di Alfamart.

Itulah artikel Tutorial Lengkap Cara Top Up Dana di Alfamart Terbaru dan Paling Cepat yang sudah dirangkum oleh tim BDN. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan mengedukasi kalian tentang cara top up saldo Dana di Alfamart. Jangan sungkan untuk membagikan artikel ini lewat sosial media atau manapun agar dapat lebih bermanfaat lagi tentunya.

Munculnya Beragam Perusahaan Fintech Baru

Munculnya Beragam Perusahaan Fintech Baru yang Berburu Keuntungan Semaksimal Mungkin

Tak bisa dipungkiri, saat ini kehadiran dan kemunculan dari beragam jenis perusahaan fintech semakin banyak beredar di masyarakat. Kehadiran dan kemunculan perusahaan-perusahaan fintech baru ini tentunya dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin. Seperti yang akan kami bahas pada pembahasan kali ini tentang Munculnya Beragam Perusahaan Fintech Baru yang Berburu Keuntungan Semaksimal Mungkin.

Seiring dengan berjalannya waktu, mulai banyak bermunculan beragam perusahaan-perusahaan fintech baru yang tak ingin kalah saingan dengan perusahaan-perusahaan fintech terdahulu yang sudah lebih dulu muncul dan berkecimpung serta bergabung menjadi anggota dari Asosiasi Fintech Indonesia atau AFTECH.

Hal ini bisa dilihat dari banyaknya pertambahan jumlah perusahaan-perusahaan baru yang ikut bergabung bersama AFTECH selama beberapa tahun belakangan ini. Padahal, menurut Budi Gandasoebrata yang merupakan Sekretaris Jenderal AFTECH, ketika pertama kali didirikan pada tahun 2016, jumlah anggota asosiasi yang bergabung hanya tercatat sekitar 24 perusahaan saja. Sementara saat ini, jumlah anggota asosiasinya yang tercatat sudah bertambah cukup pesat hingga menjadi ratusan perusahaan, “Sekarang kita lebih dari 300 anggota menawarkan berbagai macam layanan,” ungkap Budi dalam Profit CNBC Indonesia, pada Kamis (24/6/2021).

Beliau pun turut menyebutkan, bahwa perusahaan-perusahaan fintech yang baru bergabung menjadi anggota asosiasi AFTECH tersebut bergerak di berbagai jenis layanan yang sangat beragam macamnya. Mulai dari aggregator, sistem pembayaran bahkan hingga layanan pinjaman online yang saat ini banyak digandrungi dan dicari oleh masyarakat.

Beliau berkata, pertumbuhan dari industri fintech ini memang mengalami kemajuan yang cukup pesat. Dan tentunya, perusahaan-perusahaan fintech ini berlomba-lomba menawarkan dan menyediakan beragam macam dan jenis layanan yang mereka miliki kepada para konsumennya untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin bagi perusahaan mereka.

Tidak hanya dari sisi perusahaan-perusahaan fintech yang baru bergabung menjadi anggota asosiasi AFTECH saja ternyata yang mengalami pertambahan dan peningkatan jumlah, tetapi juga dari sisi pengguna dan konsumennya. Hal ini bisa terjadi sebab adanya dukungan yang memadai dari infrastruktur, layanan jaringan internet yang semakin lebih baik dan lancar serta perkembangan teknologi yang juga menjadi lebih canggih dan tinggi daripada sebelumnya.

Selain itu, respon balik dari masyarakat tentang penggunaan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari juga turut serta berperan dalam hal ini. Secara perlahan, masyarakat mulai terbiasa dengan penggunaan teknologi digital ini. Karena masyarakat juga harus terus mengikuti perkembangan jaman dan teknologi agar tetap bisa bertahan dan tidak ketinggalan informasi penting.

Terlebih lagi pada situasi, kondisi dan keadaan seperti saat ini, dimana masyarakat sedang dilanda pandemi yang cukup banyak menyita waktu dan pergerakan dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Sehingga semakin meningkatkan pertumbuhan dan kemunculan dari perusahaan-perusahaan fintech baru ini, yang akhirnya mengharuskan kalian untuk lebih banyak melakukan transaksi non tunai dengan menggunakan beragam layanan jasa yang ditawarkan dan disediakan oleh perusahaan-perusahaan fintech tersebut.

“Kita harus akui pandemi yang kita hadapi ini juga berkontribusi seperti yang saya sebutkan dengan meningkatkan transaksi non tunai. Di mana layanan fintech memainkan peran penting di dalamnya,” ucap Budi lagi menanggapi hal tersebut.

Itulah artikel Munculnya Beragam Perusahaan Fintech Baru yang Berburu Keuntungan Semaksimal Mungkin yang sudah dirangkum oleh tim BDN. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan mengedukasi kalian tentang beragam perusahaan fintech terbaru. Jangan sungkan untuk membagikan artikel ini lewat sosial media atau manapun agar dapat lebih bermanfaat lagi tentunya.